Powered By Blogger

Selasa, 28 Desember 2010

titik balik kehutanan 2010

118 Titik Api Selama 2010
62 Persen di Lahan APL

BANGKO – Ditahun 2010 ini sedikitnya ada 118 titik api (hot spot) yang tersebar di hutan dalam Kabupaten Merangin, namun titik api yang terbanyak ada dibulan Juli-Agustus, angka ini diperoleh per 15 Desember 2010.
Data tersebut sebagaimana yang disampaikan Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan Syafri melalui Kabid Rehabilitasi dan Pengendalian Hutan Syabarudin saat dikonfirmasi Radar Radar Sarko, kemarin (28/12).
Syabar menjelaskan, dari 118 titik api yang tercatat, 62 persen berada di lahan milik masyarakat atau area penggunaan lain (APL). Sementara, 38 persen titik api berada di luar lahan APL, bisa Hutan Produksi (HP) atau HTI (Hutan Tanaman Industri).
Titik api ini, lanjutnya, muncul karena pembukaan lahan yang dilakukan masyarakat. "Biasanya setelah membuka lahan yang akan dijadikan kebun, setelah menebang pohon, langkah berikutnya pasti membakarnya. Ini memang tidak bisa dihindarkan, karena belum ada cara lain untuk membersihkan lahan selain dibakar," ujar Syabar.
Hal ini, tambahnya, bisa dimaklumi, sebab untuk menanam palawija maupun padi, perlu lahan yang bersih. Jika akan ditanami karet atau sawit, bisa saja dibuat gang-gang, sehingga tidak perlu dibakar. "Kita juga selalu memberikan sosialisasi, sehingga bisa menimbulkan meluasnya kebakaran," ungkapnya.
Mengenai lokasi yang paling sering ditemukannya titik api, Syabar mengungkapkan ada di beberapa kecamatan, di antaranya, Kecamatan Tabir, Sungai Manau, Muara Siau, dan Tabir Ulu.
Apakah dari pembukaan lahan tersebut, pernah terjadi kebakaran hebat yang meluas ke daerah-daerah sekitarnya, atau kebun-kebun warga? Syabar menyatakan, selama ini belum pernah ada kejadian tersebut, dan belum ada pengaduan masyarakat bahwa lahan atau kebunnya terbakar.
"Selama ini, kami banyak menjumpai titik api yang sudah mati. Hal ini disebabkan, informasi ini diperoleh dari pantauan satelit NOA yang ada di Jambi. Setelah ada titik api, dari Jambi menginformasikan ke kabupaten melalui fax. Kami pun kemudian turun ke lokasi sesuai dengan koordinat yang diberikan. Sesampainya di lokasi, api sudah padam, dan di lokasi, juga tidak ditemukan pemilik lahannya," tutur Syabar.
Syabar menyatakan, munculnya titik api sangat dipengaruhi kondisi cuaca. Jika musim kemarau, maka hot spot akan banyak terdeteksi, karena memang banyak masyarakat yang memanfaatkan kondisi tersebut untuk membuka lahan baru. "Saat ini sudah mulai musim penghujan, jadi setelah tanggal 15 Desember 2010, hanya satu atau dua hot spot saja yang mungkin terdeteksi. Untuk memantau hal itu, dari Dibunhut juga melakukan patroli ke beberapa lokasi sambil memberikan sosialisasi jika ditemukan masyarakat yang sedang membuka lahan," pungkasnya. (and)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar